Pages

Selasa, 10 Januari 2017

Kesendirian.

Adakalanya kesendirian menjadi hadiah ulang tahun terbaik. Keheningan menghadirkan pemikiran yang bergerak ke dalam, menembus rahasia terciptanya waktu. Lilin merah berdiri megah di atas glazur, kilau apinya menerangi usia yangbaru bergantu. Namun sesuai disembur nafas, lilin tersungkur mati di dasar tempat sampah.

Hangat hanya sebatas sumbu usailah sudah. Sederet doa tanpa api menghangatkanmu di setiap sore hari, kalori bagi kekuatan hati yang tak habis dicerna usus. Lilin tanpa sumbu menyala dalam jiwa, menerangi jalan setapakmu ketika dunia terlelap dalam gelap. Berbahagialah sesungguhnya engkau mampu berulang tahun setiap hari.

~dee

Tidak semua kehidupan berjalan mulus

Akan selalu ada orang yang menghabiskan waktu hanya untuk mengatai, mengejek, memaki, dan menertawai kita. Tetapi, akan ada juga saat orang akhirnya berlutut kaku, meringkuk kusut, dan terbelalak kaget ketika kita sukses. Roda berputar. Mereka hanya perlu ketika kita di atas.


Kehilangan.....

Banyak makna yang bisa mengungkapkan kehilangan....
Seseorang akan lebih menyayangi benda ketika benda tersebut sudah pernah hilang, bukan?
Seseorang juga akan lebih giat belajar ketika orang tuanya tlah tiada
Dan tak ayal, seorang perokok akan berhenti merokok ketika ia sudah mengidap penyakit...

                                Akan ada perubahan dimana ketika seseorang itu merasa kehilangan.

Akan lebih baikkah ia atau sebaliknya?

~ffa~

Bahwa hidup seperti bola kasti

Hidup itu, seperti bola kasti kawan,,,, ketika ia dilempar ke tanah dengan kuat maka makin kuat juga pantulannya. Filosofi ini seperti hidup, kau akan kuat seperti karang di tengah lautan apabila kau bisa menghadapi cobaan yang menerpa, bukan lari dari masalah...


KARNA SKILL LEBIH DIPERLUKAN!

Yang kita perlu hanya skill, ngon! Orang berlomba-lomba ke tanah kita untuk mengambil emas. Kalau syaratnya putra-putri daerah tapi kalian tak bisa apa-apa, sama saja genk! Kita ngak akan maju!!!

Sumpah Agung 1928

Kala 1928 mengumandangkan Sajak Pertiwi
Melambangkan kesatuan dan persatuan
W.R. Supratman melantang memecah ruang
Tertunduk khidmat terdengar getir
Aku.....
Di kala itu,
Digelar tinggi, dijunjung sakti,
Dipuja dan dihormati
Aku......
Di kala itu dibaca lantang
Serentak petir di kala sunyi
Tapi,
Siapakahku ini sekarang?
Sumpah ataukah serapah
Pemuda ataukah penjudi
Pemudi ataukah penggoda
Berserakan di ujung kota menemani sepi Kutaradja
Menghias gemerlap bintang cakrawala Mesjid Raya
Kemanakah kristalku?
Yang dulunya dielu lalu dibaca dengan bangga
Bangsa lain tertawa gembira
Melihat kita tertunduk kaku membisu dengan dangkalnya ilmu
Menghilang seiring tahun berganti
Kini, sumpah pemudaku tenang bersama ibu pertiwi

SEUNTAI KATA KALBU

Saat kita tertawa, hanya kitalah yang tahu persis apakah tawa itu bahagia atau tidak. Boleh jadi, kita sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah. Saat kita menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau tidak. Boleh jadi kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. Orang lain hanya melihat luar.

Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita. Tidak perlu siapa pun mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan. Karena sebenarnya yang tahu persis kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak, hanya kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia. Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita sendiri.
Kita tidak perlu membuktikan apa pun kepada siapa pun bahwa kita itu baik. Buat apa? Sama sekali tidak perlu. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Karena toh, kalaupun orang lain menganggap kita demikian, pada akhirnya tetapi kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik itu.


Hidup ini adalah perjalanan panjang. Kumpulan dari hari-hari. Di salah satu hari itu, di hari yang sangat spesial, kita dilahirkan. Kita menangis kencang saat menghirup udara pertama kali. Di salah satu hari lainnya, kita belajar tengkurap, belajar merangkak, untuk kemudian berjalan. Di salah satu hari berikutnya kita bisa mengendarai sepeda, masuk sekolah pertama kali, semua serba pertama kali. Dan kini kita penuh dengan kenangan masa kecil yang indah, seperti matahari terbit.
Lantas hari-hari melesat cepat. Siang beranjak datang dan kita tumbuh menjadi dewasa, besar. Mulai menemui pahit kehidupan. Maka, di salah satu hari itu, kita tiba-tiba tergugu sedih karena kegagalan atau kehilangan. Di salah satu hari berikutnya, kita tertikam sesak, tersungkur terluka, berharap hari segera berlalu. Hari-hari buruk mulai datang. Dan kita tidak pernah tahu kapan dia akan tiba mengetuk pintu. Kemarin kita masih tertawa, untuk besok lusa tergugu menangis. Kemarin kita masih berbahagia dengan banyak hal, untuk besok lusa terjatuh, dipukul telak oleh kehidupan. Hari-hari menyakitkan.
Tapi sungguh, jangan dilawan semua hari-hari menyakitkan itu. Jangan pernah kau lawan. Karena kau pasti kalah. Mau semuak apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap terbit indah seperti yang kita lihat sekarang. Mau sejijik apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap memenuhi janjinya, terbit dan terbit lagi tanpa peduli apa perasaanmu. Kau keliru sekali jika berusaha melawannya, membencinya, itu tidak pernah menyelesaikan masalah.
Peluklah semuanya. Peluk erat-erat. Dekap seluruh kebencian itu. Hanya itu cara agar hatimu damai. Semua pertanyaan, semua keraguan, semua kecemasan, semua kenangan masa lalu, peluklah mereka erat-erat. Tidak perlu disesali, tidak perlu membenci, buat apa? Bukankah kita selalu bisa melihat hari yang indah meski di hari terburuk sekalipun?
 
Copyright 2012 youngffa. Powered by Blogger
Blogger by Blogger Templates and Images by Wpthemescreator
Personal Blogger Templates